Laman

Kamis, 09 April 2015

Menjadi Ibu dengan Dua Putera, Beban atau Anugerah?

Selamat pagi, para Bunda... ^_^ Saat saya menulis waktu menunjukkan pukul stgh 5 pagi. Saya sudah mendengar suara orang sembahyang dari masjid (saya non muslim jd tidak tahu sembahyang apa yg dilakukan jam segini mungkin sembahyang subuh?) Kali ini saya ingin bercerita tentang kehidupan saya semenjak memiliki 2 orang anak, yg kebetulan, laki-laki semua. Anak pertama saya, lahir di bulan Agustus tahun 2010, dg berat 2.6kg, dan usia kandungan baru masuk 8 bulan. Anak kedua saya, juga lahir di bulan Agustus, dg berat 3.1kg, dan usia kandungan masih 8 bulan. Beda tipis ya.... situasi saat kelahiran kedua anak saya... walau yg pertama saya lahirkan secara normal, yg kedua terpaksa dilahirkan secara cesar. Waktu anak pertama saya lahir, saya gembira luar biasa, karena dialah yg selama ini saya nantikan bersama suami tercinta, akhirnya hadir untuk membahagiakan kami. Saya bangga saat pertama berhasil melahirkannya secara normal. Meskipun seminggu sesudah melahirkan saya mengalami pendarahan hebat, tp berkat kemurahan Tuhan saya selamat dan tetap hidup untuk merawat anak pertama saya yg saya sayangi. Tapi pengalaman pendarahan sesudah melahirkan itu, tanpa saya sadari, juga memberikan efek psikologis pada diri saya, sehingga sebetulnya, dalam hati kecil saya, saya agak trauma untuk mempunyai momongan lagi. Saya ingin cukup 1 saja anak yg hadir dlm hidup saya. Saya tidak mau dan tidak membangun niat untuk mempunyai anak lagi. Namun, ketika anak pertama saya mulai menginjak usia 2 tahun, suami saya mulai membujuk saya untuk menambah anak lagi, dengan alasan kasihan pada anak pertama saya jika dia tidak punya teman untuk berbagi di dalam keluarga. Suami saya takut anak pertama saya tumbuh menjadi anak yg manja, walau saya berkali-kali mengatakan pada suami saya, saya tidak akan mendidik dia menjadi anak yg manja, tp suami saya tetap pada pendiriannya untuk menambah anak lagi, tanpa melihat efek psikologis yg saya alami pasca melahirkan anak pertama saya. Jujur saja, waktu suami bersikeras, saya jd stress. Di satu sisi, saya ingin anak saya punya saudara kandung yg bisa diajaknya bermain kelak, namun di sisi lain, saya masih trauma dg proses melahirkan yg pernah saya alami sebelumnya. Saya sadar betul, saat melahirkan selalu ada resiko yg harus diambil oleh seorang ibu dg berani. Dan saya harus mengambil resiko itu sekali lg, demi keluarga kecil saya. Butuh waktu dan keberanian bagi saya untuk mengambil keputusan yg menurut saya cukup besar dan butuh tanggung jawab ini. Saya akhirnya mengalah, dan setuju untuk menambah anak lagi. Tapi saya sudah menyiapkan ultimatum juga untuk suami, bahwa ini akan menjadi pengalaman melahirkan saya yg terakhir. Sebab, bagi saya punya 2 orang anak sudah lebih dari cukup. Akhirnya... saya pun melahirkan lg anak kedua, yg ternyata.... laki2 lagi, dan dia lebih kelihatan sehat drpd kakaknya saat dia lahir... saya merasa sangat, sangat, sangat..... LEGA. ^_^ Sejak kelahiran anak kedua ini, keluarga kecil saya lebih ramai... LUAR BIASA efeknya!!! Anak pertama saya, yg awalnya senang dg kehadiran adiknya, lama2 mulai cemburu dan sering kesal jika saya, mamanya meluangkan waktu lebih untuk sang adik. Dan saya sendiri, yg awalnya cukip senang karena punya bayi lagi, lama2 mulai kelelahan karena harus mengurus si kakak juga yg masih balita dan malah semakin manja. Beda usia 3 tahun antara kedua anak saya tidak membuat si kakak menjadi lebih mandiri. Saya harus berusaha keras sekali untuk mengajarkan kemandirian itu di sela2 waktu saya mengurus bayi. Awalnya sulit, Bunda... sulit luar biasa. Terlebih di keluarga saya, ibu saya dan ibu mertua, keduanya tidak mampu membantu merawat anak, dan tidak punya cukup waktu untuk menemani saya merawat anak, akhirnya saya pun bekerja keras seorang diri. Kadang ada ART, kadang tidak ada ART. Saya betul2 kewalahan. Dan kelelahan yg luar biasa ini membuat fisik saya melemah. Saya berulang kali sakit kepala dan sakit maag. Tidur tidak nyenyak, jantung berdebar, nafas kadang sesak, dan sering tiba2 cemas berlebihan. Bahkan parahnya, hampir setiap bulan saya periksa ke dokter, dg keluhan yg berulang. Saking bingungnya dg rasa tidak nyaman di tubuh yg saya rasakan, saya sampai berobat ke dokter jantung, paru, dan saraf, juga dokter ahli lambung....Sampai dokter menyarankan saya untuk meminta nasihat dr psikolog juga.... mungkin untuk mengurangi kecemasan berlebih yg saya alami, membangun rasa percaya diri saya, dan juga untuk mengurangi amarah saya yg kerap muncul belakangan akibat ketidaksabaran menghadapi seorang balita dan seorang bayi yg sering rewel. Duh, klo ingat obat2an yg diresepkan dokter untuk saya minum, di dalamnya jg terkandung obat penenang, rasanya saya maluuu luar biasa pada diri saya, juga pada suami dan keluarga besar.... tp memang begitulah kenyataannya. Ternyata saya cukup stress di masa2 awal punya 2 orang anak.... T_T Ibu saya akhirnya memberi nasihat, yg membuat kesadaran saya mulai berubah. Nasihatnya sederhana, sebetulnya tidak luar biasa, tp efeknya bagi saya cukup mengena di hati. Kata ibu saya, "Anak itu anugrah... jangan dianggap sbg beban. Kamu harusnya senang diberi Tuhan anak, bukannya trus jadi stres." Hahahahaa..... waktu itu saya tertawa dibilang stres. Tapi sesudahnya saya baru sadar, ternyata.... saya memang stres. Stres berat... !!! Itu pun masih untung saya tidak jadi gila.... !!! Saya awalnya sempat berpikir bagaimana klo saya tidak mampu merawat anak2, jantung saya sering berdebar kencang, bagaimana klo jantung saya tiba2 berhenti berdetak? Gawat ini....Saya yg baru punya anak 2 aja stress, gimana yg punya anak lebih dari dua? Apalagi ibu2 jaman dahulu, yg anaknya bisa sampai untuk membuat kesebelasan grup sepakbola. Bunda, mungkin banyak dari bunda yg mengalami hal yg sama dg saya. Walau banyak bunda hebat di luar sana yg mampu mengatasi permasalahan yg sama dg saya dg cara yg lebih baik dan tidak sampai stres, saya salut pada mereka. Tapi saya yakin, tidak ada seorang ibu pun yg tidak stres selama merawat anak2nya yg masih bayi dan balita. Jadi Bunda, jika Bunda pernah atau sedang mengalami hal yg sama dg saya setelah memiliki anak lebih dari 1, ambillah saran dari ibu saya..... marilah kita anggap anak2 itu sebagai anugerah yg indah, yg perlu dicintai, bukan sebagai beban yg menambah sulit hidup kita. Sudah takdir seorang ibu untuk melindungi dan mengasihi putra putrinya, menerima mereka apa adanya, dan menjadikan mereka untuk melengkapi kebahagiaan kita. Tersenyumlah, jika Bunda diberi tanggung jawab lebih, dipercaya untuk memiliki anak lebih dari 1. Jika Bunda mengalami kesulitan dlm merawat mereka, jgn sungkan untuk meminta bantuan org lain. Jangan sungkan jg untuk mengungkapkan apa yg Bunda rasakan. Cobalah untuk lebih banyak bersabar. Jika mulai kelelahan, ambil waktu sejenak untuk duduk dan mengatur nafas. Jadi ini tipsnya ya bunda : Sabar, atur waktu istirahat yg cukup, minta bantuan org lain, dan berpikir positif. Selalu ingat, bahwa anak2 adalah anugerah yg indah bg Bunda dan keluarga. Ayo semangat dan jadi Bunda hebat. Hadapi semua masalah dg kesadaran dan tg jawab. Kita pasti bisa melewati masa2 sulit kita, Bunda. Semua akan indah pada waktunya. Puji Tuhan, saya berhasil melewati masa stres berat saya. Sekarang saya lebih bisa memahami kondiai saya. Jam tidur saya sudah mulai teratur. Sakit kepala, jantung berdebar, cemas berlebihan, sudah jauuh.. jauuh berkurang. Putera pertama saya sekarang sudah 4,5th. Putra kedua sudah 1,5th. Dan saya semakin mencintai mereka lebih dari sebelumnya. Putera pertama saya mulai mandiri, walau kadang masih sedikit manja. Adiknya sudah bisa diajak bermain. Dan saya sekarang masih terus berusaha belajar bersabar, sabar dan sabar,... dan menerima kondisi dg apa adanya. Puji Tuhan. Smoga saya terus mampu bersyukur dan Tuhan masih memberi kesehatan dan rejeki, sehingga saya bisa merawat kedua anak saya hingga mereka dewasa. Amiiinnnn.......

Kembali Menjadi Penulis

Pada dasarnya, saya memang suka menulis. Semua yg saya lihat, saya alami, ingin saya tuliskan begitu saja. Tujuan saya menulis bukan sekedar ingin curhat atau ingin memberitahu hal yg saya rasakan kepada banyak orang tentang pengalaman hidup saya, tapi terlebih saya ingin mendengar tanggapan dari orang lain mengenai apa yg saya alami. Manusia sejatinya adalah mahluk sosial yg saling melengkapi satu sama lain. Tanpa kehadiran sesama di sekitar kita tentunya kita tidak dapat melakukan semuanya seorang diri. Kita pribadi selalu membutuhkan bantuan dari sesama, baik berupa support, informasi, hingga bantuan secara fisik dan finansial. Saya menyadari, bahwa kehadiran orang lain akan membuat hidup saya lebih bermakna, sekalipun mereka hadir hanya dalam sebuah komentar di dalam tulisan2 saya. Saat ini saya bertekad untuk memulai lagi kegiatan saya menulis di blog pribadi saya. Saya ingin mengajak Anda juga untuk mulai aktif menulis kapan pun Anda bisa. Menulislah tentang apa saja, kapan saja. Tidak usah ragu apakah tulisan Anda itu baik atau buruk, menulis saja. Semakin sering Anda menulis, semakin mahir kemampuan Anda menggunakan kata2. Yuk kita ajak anak2 kita mulai belajar menulis juga, kapan pun mereka bisa. Saya sering memanfaatkan berbagai media untuk menulis. Mulai dari menulis di kertas, di baju, di tembok, di pohon, dan terakhir saya yg sudah melek teknologi mulai menulis di blog gratisan seperti wordpress dan blogspot, juga di medsos (saya paling suka facebook drpd twitter, path, dll). Setiap mau menulis, saya bukannya tidak menemui hambatan. Malahan, banyak sekali hal2 yg membuat saya jd kesulitan. Kadang saat baru mulai menulis, eh... tiba2 suami saya merasa terganggu dg kegiatan saya, atau anak2 yg tiba2 membutuhkan perhatian saya, atau... banyak lah pokoknya yg membuat saya tidak mampu menyelesaikan tulisan2 saya dan akhirnya membuat saya berhenti dari kegiatan menulis. Tapi hal2 semacam iitu tidak membuat saya kapok menulis. Setiap ada kesempatan, saya pasti akan berusaha lagi, lagi, dan lagi untuk menulis..... Saya tidak suka dibatasi dan membatasi diri kalau sedang menulis. Saya ingin sekali anak2 saya, suami saya, orang2 di sekitar saya, semuanya mampu menulis, untuk mengekspresikan apa yg mereka alami, juga untuk berbagi dg orang lain tentang berbagai informasi yg mereka ketahui. Karena prinsip saya berbagi itu baik, maka berbagilah tentang hal2 yg baik. Hal ini juga berlaku dalam menulis. Menulislah tentang hal2 yg baik dan untuk kebaikan itu sendiri. Ekspresikan diri2 dg cara2 yg baik, salah satunya dg menulis. Akhir kata, saya senang, hari ini, tulisan saya tentang kegiatan menulis selesai. Semoga saya bisa menggugah hati Anda juga untuk memberikan pendapat Anda tentang tulisan saya, dan membuat Anda jadi tertarik untuk mulai menulis tentang apa saja yg Anda inginkan. Selamat berekspresi. Selamat menulis !!

Make That Change !!!

BOSS Family